Aneka Literature

Laman

Tuesday, November 26, 2013

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Anak

 Slamat siang para neter. Lama juga ya tidak posting di blog sederhan nan sunyi ini. meskipun begitu, pada kesempatan kali ini saya ingin memposting sebuah artikel yang mungkin saja penting untuk agan agan. ok dari padi panjang lebar kesana kemari,... lebih baik cekidot......

A. Perkembangan Moral Anak-Anak

Perkembangan moral anak terbentuk melalui fase-fase atau periode-periode seperti halnya perkembangan aspek-aspek lain. Tiap fase perkembangan mempunyai ciri-ciri moralitas yang telah dapat dicapai oleh anak, sekalipun dalam hal ini tidak ada perbedaan atas batas-batas yang jelas dan lebih bergantung pada setiap individu dari pada norma-norma umumnya yang terjadi pada anak-anak .


1. Perkembangan Moralitas pada anak usia 3 tahun

Sebagaimana yang telah diterangkan seorang bayi yang baru dilahirkan merupakan mahluk yang belum/non moral. Bayi atau anak-anak yang masih muda sekali tidak mangetahui norma-norma benar atau salah. Tingkah lakunya semata-mata dikuasai oleh dorongan yang didasari dengan kecendrungan bahwa apa yang menyenangkan akan diulang, sedangkan yang tidak enak tidak akan diulang dalam tingkah lakunya. Anak pada masa ini masih sangat muda secara intelek, untuk menyadari dan mengartikan bahwa sesuatu tingkah laku adalah tidak baik, kecuali bilamana hal itu menimbulkan perasaan sakit.


2. Perkembangan Moralitas pada anak usia 3-6 tahun

Pada usia dasar-dasar moralitas terhadap kelompok sosial harus sudah terbentuk. Kepada si anak tidak Iagi terus menerus diterangkan mengapa perbuatan ini salah atau benar, tetapi ia ditunjukkan bagaimana ia harus bertingkah laku dan bilamana hal ini tidak dilakukan maka ia kena hukum. Ia memperlihatkan sesuatu perbuatan yang baik tanpa mengetahui mengapa ia harus berbuat demikian. Ia melakukan hal ini untuk menghindari hukuman yang mungkin akan dialami dari lingkungan sosial atau memperoleh pujian. Pada usia 5 atau 6 tahun anak sudah harus patuh terhadap tuntutan atau aturan orang tua dan lingkungan sosialnya. Ucapan-ucapan orang lain seperti; baik, tidak boleh, nakal, akan disosialisasikan anak dengan konsep benar atau salah. Penanaman konsep moralitas pada anak-anak ini mungkin mengalami kesulitan oleh karena sifa-sifat pembangkangan terhadap perintah dan sifa-sifat egoisme.


3. Perkembangan moralitas pada anak usia 6 tahun sampai remaja


Pada masa ini anak laki-laki maupun perempuan belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Dengan demikian nilai-nilai atau kaidah-kaidah moral untuk sebagian besar lebih banyak ditentukan oleh norma-norma yang terdapat didalam lingkungan kelompoknya. Pada usia 10 sampai 12 tahun anak dapat mengetahui dengan baik alasan-alasan atau prinsip-prinsip yang mendasari suatu aturan. Kemampuannya telah cukup berkembang untuk dapat membedakan macam-macam nilai moral serta dapat menghubungkan konsep-konsep moralitas mengenai: kejujuran, hak milik, keadilan dan kehormatan. Pada masa mendekati remaja, anak sudah mengembangkan nilai-nilai moral sebagai hasil pengalaman-pengalaman anak lain. Nilai-nilai ini sebagian akan menetap sepanjang hidupnya dan akan mempengaruhi tingkah lakunya sebagaimana hal ini terjadi ketika masih anak-anak. Sebagian lain sedikit demi sedikit mengalami perubahan karena hubungan-hubungan dengan lingkungannya menyebabkan timbulnya konflik-konflik, karena nilai-nilai moral lingkungan yang berbeda dengan nilai-nilai yang sudah terbentuk. (Gunarsa, 1990, hal 46-48).


B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral ini sesungguhnya banyak sekali yang terpenting antara lain:


1. Kurang tertanamnya jiwa agama pada setiap orang dalam masyarakat


Keyakinan agama yang didasarkan pada pengertian yang sesungguhnya dan sejalan tentang ajaran agama yang dianutnya, kemudian diiringi dengan pelaksanaan ajaran-ajaran tersebut merupakan benteng moral yang paling kokoh. Apabila berkeyakinan beragama itu betul-betul telah menjadi bagian integral dari kepribadian seseorang, keyakinannya itulah yang akan mengawasi segala tindakan, perkataan bahkan perasaanya jika terjadi tarikan orang kepada sesuatu yang tampaknya cepat berpindah meneliti apakah hal tersebut boleh atau terlarang oleh agamanya. Andaikan yang termasuk terlarang betapapun tarikan luar itu tidak akan diindahkannya karena takut melaksanakan yang dilarang oleh agamanya.


2. Keadaan masyarakat yang kurang stabil

Faktor kedua yang ikut mempengaruhi moral masyarakat ialah kurang stabilnya keadaan, baik ekonomi, sosial, budaya maupun politik. Kegoncangan atau ketidakstabilan suasana yang menyelimuti seseorang menyebabkan cemas dan gelisah, akibat tidak dapatnya mencapai rasa aman dan ketentraman dalam hidup. Misalnya apabila keadaan ekonomi goncang, harga barang-barang naik turun dalam batas yang tidak dapat diperkirakan lebih dahulu oleh orang-orang dalam masyarakat, maka untuk mencari keseimbangan jiwa kembali, orang terpaksa berusaha keras. jika ia gagal dalam usahanya yang sehat, disinilah terjadi penyelewengan.


3. Banyaknya tulisan dan gambar yang tidak mengindahkan dasar moral
Suatu hal yang belakangan ini kurang mendapat perhatian kita ialah tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, kesenian-kesenian dan permainan-permainan yang seolah-olah mendorong anak-anak muda untuk mengikuti arus mudanya. Segi moral dan mental kurang mendapat perhatian, hasil-hasil seni itu sekedar ungkapan dari keinginan dan kebutuhan yang sesungguhnya tidak dapat dipenuhi begitu saja. Lalu digambarkan dengan sangat realistis, sehingga semua yang tersimpan di dalam hati anak-anak muda diungkap dan realisasinya terlihat dalam cerita lukisan atau permainan tersebut. Ini pun mendorong anak-anak muda ke jurang kemerosotan moral.


4. Tidak terlaksananya pendidikan moral yang baik

Faktor keempat yang juga penting, adalah tidak terlaksananya pendidikan moral yang baik, dalam rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Pembinaan moral, seharusnya dilaksanakan sejak si anak kecil, sesuai dengan kemampuan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap-sikap yang dianggap baik buat pertumbuhan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. juga perlu diingatkan bahwa pengertian moral, belum dapat menjamin tindakan moral. Pada dasarnya moral bukanlah suatu pelajaran atau ilmu pengetahuan yang dapat dicapai dengan mempelajari, tanpa membiasakan hidup bermoral dari kecil dan moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian, tidak sebaliknya.


5. Kurangnya kasadaran orang tua akan pentingnya pendidikan moral dasar sejak dini

Moral adalah salah satu buah iman oleh karena itu maka agar anak mempunyai moral yang bagus harus dilandasi dengan iman dan terdidik untuk selalu ingat pasrah kapada-Nya, dengan begitu anak akan memiliki bekal pengetahuan untuk terbiasa mulia, sebab benteng religi sudah mengakar di dalam hatinya.


6. Banyaknya orang melalaikan budi pekerti

Budi pekerti adalah mengatakan atau melakukan sesuatu yang terpuji atau perangai yang baik. Penanaman budi pekerti dalam jiwa anak sangat penting apabila dilihat dari hadits Nabi: “Seorang bapak yang mendidik anaknya adalah lebih baik dari pada bersedekah sebanyak satu sha”. “Tidak ada pemberian seorang bapak kepada anaknya yang lebih baik dari pada budi pekerti”. Namun sebagian orang tua melalaikan kepentingan pembinaan budi pekerti dan sopan santun anak. Para orang tua yang malang itu tidak sadar, bahwa ia telah menjerumuskan anaknya sendiri ke jurang, padahal pembinaan budi pekerti adalah hak anak atas orang tuanya seperti hak makan, minum serta nafkah.


7. Suasana rumah tangga yang kurang baik

Faktor yang terlihat dalam masyarakat sekarang ialah kerukunan hidup dalam rumah tangga kurang terjamin. Tidak tampak adanya saling pengertian, saling menerima, saling menghargai, saling mencintai diantara suami istri. Tidak rukunnya ibu bapak menyebabkan gelisahnya anak-anak mereka menjadi takut, cemas dan tidak tahan berada di tengah-tengah orang tua yang tidak rukun. Anak-anak yang gelisah dan cemas itu mudah terdorong kepada perbuatan-perbuatan yang merupakan ungkapan dari rasa hatinya, biasanya mengganggu ketentraman orang lain.


8. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang

Suatu faktor yang telah ikut juga memudahkan rusaknya moral anak-anak muda, ialah kurangnya bimbingan dalam mengisi waktu luang, dengan cara yang baik dan sehat. Pada rentang usia dini akhir adalah usia dimana anak suka berkhayal, melamunkan hal yang jauh atau sulit dijangkau. Kalau mereka dibiarkan tanpa bimbingan dalam mengisi waktu luang maka akan banyak lamunan yang kurang sehat timbul dari mereka.


9. Kurangnya tempat layanan bimbingan

Terakhir perlu dicatat, bahwa kurangnya tempat layanan bimbingan dan penyuluhan yang akan menampung dan menyalurkan anak-anak ke arah mental yang sehat. Dengan kurangnya atau tidak adanya tempat kembali bagi anak-anak yang gelisah dan butuh bimbingan itu, maka pergilah mereka berkelompok dan bergabung kepada anak-anak yang juga gelisah. Dari sinilah akan keluar model kelakuan anak yang kurang menyenangkan.

Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar!

No comments:

Post a Comment